Fitoplankton Yang Membentuk Tingkatkan Pertumbuhan Larva Udang Vaname
Fitoplankton Yang Membentuk Tingkatkan Pertumbuhan Larva Udang Vaname
Asal mula masuknya Udang Vanname di Indonesia
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi di Indonesia. Udang Vaname bernilai ekonomis tinggi sebagai komoditi ekspor karena diminati oleh pasar dunia.
Nama lain dari udang vaname adalah Penaeus vannamei, White leg shrimp, Camaron pati blanco (Spain), Crevette pattes blanches (France) dan lain-lain.
Udang vaname yang masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Upaya pemeliharaan spesies ini dilakukan di Asia adalah karena adanya benur bebas penyakit yang masuk ke China dan Taiwan awal tahun 1995.
Para petambak yang mengalami kerugian besar pada saat memelihara udang windu, mengambil kesempatan untuk membudidayakan udang vaname.
Alasan mereka membudidayakan udang vaname adalah karena pertumbuhannya cepat, nilai konsumsi pakan atau Food Consumption Rate (FCR) yang rendah, mampu beradaptasi terhadap kisaran salinitas yang tinggi dan dapat dipelihara pada padat tebar yang tinggi.
Fitoplankton merupakan pakan alami yang memegang peranan penting sebagai dasar pemenuhan nutrisi pada awal kehidupan larva udang vaname.
Salah satu faktor penyebab kualitas benur kurang baik adalah ketidaksesuaian pakan yang digunakan dalam pemeliharaan larva.
Ketidaksesuaian ukuran pakan yang diberikan akan mengakibatkan kegagalan dalam pemangsaan awal oleh larva sehingga kebutuhan nutrisi larva tidak terpenuhi. Hal ini menyebabkan kualitas larva menjadi kurang baik.
Mikroalga memberikan nutrisi berkualitas secara optimum untuk organisme seperti larva udang sesuai pada usia perkembangannya. Beberapa jenis mikroalgae yakni fitoplankton berperan sebagai antibakterial, immunostimulan dan pemasok enzim pencernaan bagi pemangsanya.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan fitoplankton bagi larva udang vaname adalah kandungan gizi yang tinggi, prosedur kultur yang tidak terlalu rumit, dapat disediakan secara berkesinambungan, dan biaya yang tidak mahal. Sehingga ketersediaan fitoplankton sebagai pakan larva dapat terjamin dalam kualitas, waktu dan jumlah yang tepat.
Pemberian jenis fitoplankton berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan (growth rate) dan sintasan (survival rate) larva.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa pemberian fitoplankton lebih dari satu jenis yaitu Thalassiosira weissflogii dan Chaetoceros calcitrans pada kondisi lingkungan yang layak dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan larva udang vaname yang lebih tinggi atau lebih baik.
Beberapa jenis fitoplankton dapat disarankan untuk menghasilkan benih udang vaname dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik bagi pemeliharaan lanjutan atau usaha pembesaran udang vaname.
Hasil pengukuran panjang larva dengan pemberian fitoplankton Chaetoceros calcitrans yaitu rata-rata 4,03 ± 0.09 mm. Pemberian fitoplankton jenis Thalassiosira weissflogii menghasilkan panjang rata-rata adalah 4,16 ± 0.03 mm.
Sedangkan pemberian fitoplankton campuran antara Thalassiosira weissflogii dan Chaetoceros calcitrans memperoleh panjang rata-rata yaitu 4.52 ± 0.06 mm.
Larva udang vaname yang diberikan fitoplankton campuran mempunyai nilai nutrisi lebih baik karena terdapat dua jenis sumber nutrisi dibandingkan dengan pemberian fitoplankton satu jenis saja.
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^